Kamis, 18 Maret 2021

Tupai yang Jatuh sebelum Meloncat

Helikopter Sialan

Aku sibuk mengunyah-ngunyah permen karet dan membentuknya menjadi balon. Di depanku, si Bos sedang berusaha menjelaskan rencana kami dengan bantuan white board dan spidol hitam. Ia menggambar semacam denah di atasnya. Ada juga gambar gedung-gedung yang akan mendukung rencana kami. Gedung pemerintahan (kita sebut saja GP), sebuah hotel bintang lima (kode: H), dan gedung yang menjadi sasaran kami: sebuah kantor pusat bank dengan nasabah terbanyak se-Indonesia (sebut saja, bank).

Bank itulah yang menjadi alasan kami empat anak yang baru selesai 17 tahun, sedang menjalani liburan sekolah, berkumpul di kamar si Bos. Kami sedang menrencanakan perampokan bank. Aku tidak bercanda. Itulah kenyataannya. Alasannya? Euh… sebentar, biar kuingat omongan si Dudung kemarin. “Begini Bim, ini ‘kan hanya cara kita untuk membungkam mulut orang tua sialam itu. Kalaupun kita nanti tertangkap, kita bilang saja ini ide dia. Lagipula, mana ada polisi yang percaya kalau ada anak SMA merencanakan perampokan Bank?”

Ah, ya. Jadi, suatu kali kami berempat, aku, si Bos, Dudung, dan Pipit pulang ke rumah jam dua pagi. Setelah berjam-jam di lantai dansa, kami memutuskan untuk menginap saja di rumah si Bos. Masalahnya, di antara orang tua kami hanya orang tua si Bos lah yang sedang tidak ada di rumah. Saat subuh, kami tinggal pulang dan diam-diam masuk ke rumah melalui pintu dapur. Pintu yang terbuka paling awal karena para pembantu sudah bangun sejak subuh. Saat itu, orang tua kami pasti masih nyenyak.

Orang tua kami semua memang punya pola keseharian yang sama karena mereka kakak-beradik. Aku, si Bos, Dudung, dan Pipit saudara sepupu. Rumah kami semua bersebelahan. Dari kecil kami bermain bersama. Anehnya, tidak ada rasa bosan. Malah, kami bersama-sama membentuk lingkaran pertahanan yang kokoh. Selalu kompak dalam hal apa pun. Termasuk soal pulang pagi ini.

Tapi sayang, ternyata rencana tidak berjalan semudah itu. Kami ketahuan. Saat akan keluar rumah si Bos melalui jendela, di sana sudah berdiri delapan orang. Lengkap. Termasuk orang tua si Bos yang ternyata sudah pulang sejak malam. Orang tua kami entah bagaimana mengetahui rencana ‘serangan fajar’ tersebut. Setelah melakukan hal yang sama puluhan kali, kami ketahuan. Sialan.

Kami berempat dihukum tidak keluar rumah selama liburan sekolah. Begitu keputusan orang tua kami. Kebetulan saat itu adalah awal liburan sekolah. Jadi, kami benar-benar akan terkurung di rumah selama sebulan. Mendengar itu, kami protes. Kami kan hanya pulang pagi, dan bukannya merampok bank? Kenapa harus dikurung? Kami tidak mau menjalani hukuman primitif macam itu. Kami berempat berteriak-teriak melancarkan protes Oke, kalian tidak akan dikurung di rumah asalkan bisa merampok bank, kata ayahku. Ia memang selalu bicara hal-hal aneh semacam itu. Tentu saja itu hanya omongan yang keluar begitu saja. Dia tidak benar-benar menyuruh kami merampok bank sebagai ganti hukuman kurungan.

Tapi, akhirnya karena omongan ayahku yang aneh itulah akhirnya kami ada di sini. Merencakan perampokan bank. Untuk memperlihatkan pada orang tua kami bahwa kami tidak mudah ditindas. Selain itu, kami sudah lihat film tentang anak-anak SMP yang merampok sebuah bank besar. Mereka berhasil. Ternyata, membobol bank tidak sesulit itu. Kalau anak-anak SMP piyik itu saja bisa, kenapa kami tidak?

Rencana sudah mantap. Si Bos akan membobol pertahanan keamanan. Ia sudah mempelajarinya sebelumnya. Aku bertanggung jawab soal kendaraan. Kami akan kabur dengan mobilku yang bisa menembus kecepatan 200 km/jam. Untuk itu, kami membutuhkan jalanan dikosongkan. Itu tugas Dudung. Ia akan menelepon H dan GP serta lusinan gedung di sekitarnya untuk melakukan ancaman bom pada malam sebelumnya. Ia juga akan menelepon sebuah stasiun televisi dan menyuruh mereka untuk memberitakan ancaman bom itu. Sekaligus, menyuruh orang-orang agar tidak melewati jalan tempat H dan GP berada mulai pagi hingga sore hari.
Sementara itu, Pipit akan mengawasi keadaan sekitar selama kami melancarkan aksi. Ia akan memberitahu kami jika ada sesuatu yang membahayakan.

Si Bos menutup rapat kami yang kelima itu. Besok, kami akan melakukan rapat yang terakhir guna memastikan semuanya benar-benar siap untuk hari-H.

Jumat, 02 Agustus 2013

TIPS MENJADI #MAHASISWA BARU DI FAKULTAS ILMU BUDAYA A.K.A. SASTRA (BAGIAN II)




2. TETAPKAN TUJUAN, TETAP DI JALAN YANG KAMU PILIH

Sebenarnya bukan hanya Sastra, ya. Di mana pun kalian kuliah, harus sudah memikirkan tujuan kalian setelah lulus.Ini beberapa pekerjaan yang sudah dilakukan oleh beberapa teman atau senior saya:
PENERJEMAH
Menerjemahkan membutuhkan tidak hanya keterampilan berbahasa, tapi juga pengetahuan yang luas. Soalnya, seorang penerjemah harus bisa menerjemahkan teks mengenai berbagai bidang mulai dari ekonomi, politik, teknik, hingga manual untuk alat elektronik.

PLUS  : Bayarannya lumayan besar. Contoh, ya. Teman saya yang penerjemah lepas menetapkan tarif Rp 100.000/halaman A4 (yap. Seratus ribu satu halaman). Bayangkan kalau dia menerjemahkan novel. WOW.

MINUS           : Biasanya penerjemah dihadapkan pada deadline. Teman saya yang lain yang bekerja di salah satu biro penerjemah bisa bekerja sampai larut dan masih membawa pekerjaan ke rumah. Yeah.

nerdlikeyou.com
2. STAF KEDUTAAN
Kedutaan mana? Ya tentunya tergantung program studi kamu. Misalnya, kalau kamu belajar di Sastra Jerman kamu bisa bekerja di Kedutaan Jerman. Menurut salah satu senior, pekerjaannya tidak terlalu berat. Kalau hari Jumat, mereka pulang jam 1 siang (!)
translateth.is


3. EDITOR
Anak Sastra harus senang baca, kan? Dan selama kuliah pun kalian akan banyak diminta membaca berbagai teks untuk berbagai mata kuliah. Untuk yang mengambil jurusan asing, tentunya harus membaca teks dalam bahasa aslinya. Bukan Cuma membaca, biasanya juga kalian harus membuat tulisan atau laporan bacaan. Dengan demikian, kalian akhirnya akan terbiasa membaca dan menulis.

Oleh karena itu, biasa anak Sastra akan menjadi editor yang andal. Keterampilan sebagai editor memang tidak diajarkan khusus (tapi saya pernah dengar mata kuliah penyuntingan. Mungkin di Sastra Indonesia), tapi secara tidak langsung dilakukan di setiap mata kuliah.

Selain itu yang menurut saya paling mempengaruhi kemampuan bahasa mahasiswa Sastra adalah  dosen-dosen yang peduli dengan tata bahasa. Bukan berarti sangat amat kaku, ya… Tapi kalian akan dibiasakan membiasakan berbahasa yang benar. Bahasa yang benar akan memudahkan orang lain untuk mengerti tulisan dan ucapan kita. Jadi, bukan berarti dengan berbahasa yang baik dan benar kita sedang sok menampilkan sisi akademik kita, tapi sedang memastikan semua orang mampu mengerti kita dengan mudah. Orang yang pintar akan berusaha membuat semua yang sulit terdengar dan terlihat mudah. Sebaliknya dengan orang yang mau terlihat pintar.

healthylifecarenews.com

4. PENULIS ATAU JURNALIS
Namanya juga anak Sastra, pastinya akan dibekali berbagai keterampilan menulis seperti yang sudah saya bahas sebelumnya. Karena banyak membaca, anak Sastra diharapkan jadi penulis dan jurnalis yang baik.

Selalu ada dua sisi. Ini suka-duka menjadi penulis
PLUS  : Selain menghasilkan uang, kamu juga bisa terkenal kalau tulisan kamu bisa menginspirasi banyak orang. Penulis bukan hanya bisa menghasilkan dari buku saja, loh. Melainkan juga dari penyelenggara talk show.

MINUS           : Hampir sama seperti penerjemah, penulis juga terikat oleh tenggat waktu tertentu. Kalau tidak bisa bekerja dengan disiplin, kamu tidak hanya akan merugikan diri sendiri karena dalam proses produksi sebuah buku melibatkan banyak orang. Salah satunya yang berhubungan langsung dengan penulis adalah editor.
Salah satu teman yang pernah menjadi editor sempat mengeluhkan bekerja dengan sastrawan karena tidak sadar tenggat waktu.

Nah, ini hal yang kamu harus pertimbangkan kalau ingin menjadi jurnalis.

PLUS  : Menjadi jurnalis artinya kamu harus dan mendapat kesempatan bertemu banyak orang dari berbagai kalangan. Dari presiden sampai pemulung. Ini akan membantu kamu memperluas jaringan. Selain itu juga melatih kecerdasan interpersonal kamu karena terlatih menyesuaikan diri dengan berbagai karakter orang.

MINUS: Selain (lagi-lagi) masalah deadline, jurnalis sangat dinamis. Bisa saja pagi hari kamu mengetik di kantor yang ber-AC tapi malamnya harus melaporkan suatu kejadian secara langsung di luar kota. Stamina tentunya menjadi penting. Jadi, buat kamu yang tidak menyukai berada di luar ruangan, lebih baik urungkan niat menjadi jurnalis.
robmansfield.net

Selain keempat pekerjaan di atas kamu punya peluang yang banyak: menjadi dosen, pengajar bahasa asing, kurator museum, pengajar bahasa Indonesia di luar negeri, pemandu wisata, intepreter di PBB, dan masih banyak lagi.

Tujuan harus kamu tetapkan mulai dari awal. Ini akan mempengaruhi pertimbangan kamu saat memilih mata kuliah dan pemilihan topik tugas akhir kamu.

Posting berikutnya lebih menarik lagi, khususnya buat yang akan menjadi #mahasiswa baru di FIB UI.

Info dan Tips Menjadi Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya a.k.a. Sastra (Bagian I)

Saat saya menulis ini banyak anak-anak SMA yang baru lulus (termasuk adik saya sendiri) sedang sibuk mengurusi persiapan menjadi mahasiswa baru. Pada saat ini biasanya mereka sudah tahu akan kuliah di universitas mana atau akan memilih bimbel mana agar bisa lulus tahun depan.

Nah, bagi mahasiswa baru yang sudah punya saudara kandung atau sepupu yang pernah kuliah biasanya akan banyak informasi dan itu akan sangat membantu mereka menghadapi babak kehidupan baru (cieh) sebagai mahasiswa. Dari kakak-kakak itu mereka akan dapat banyak petuah dan kiat untuk bisa bertahan sampai hari kelulusan:

"Tiga bulan pertama nggak boleh bawa mobil" atau
"Ya elah, nggak usah ikut paduan suara juga gapapa kaleee... Gue dulu cuma ikut tiga kali doang. Gak masalah." atau
"Ntar gue kenalin ama temen gue yang satu jurusan ama lo. Biar dibantuin." atau
"Beli makan di warung yang di Gang Senggol aja. Murah. Nasinya boleh nambah gratis, lagi"
dan seabrek info lainnya.Tinggal pilih mana yang penting dan nggak.

Tapi, bagaimana kalau kalian tidak punya saudara senior yang kuliah di universitas yang sama? Berarti kalian harus rajin-rajin cari info lewat berbagai media, terutama digital. 

Tapi, bagi kalian yang memilih (baik dalam keadaan sadar atau tidak) memilih dan akhirnya diterima menjadi di #Fakultas Ilmu Budaya (FIB) atau #Fakultas Sastra (FS) saya akan berikan beberapa tips (semoga) berguna. Ho ho...Siap? Cabut!

TIPS
1. KUATKAN HATI 
Memilih jurusan di Sastra bukanlah hal yang umum. Soalnya, kebanyakan anak SMA kalau ditanya biasanya memilih belajar di Fakultas Teknik, Kedokteran, Ekonomi, atau MIPA. Pokoknya mainstream, lah.


Oleh karena itu, biasanya kalian akan mendapatkan komentar atau kernyitan dahi saat mengumumkan bahwa semester depan kalian akan belajar di FIB/FS. Ini berasal dari pengalaman saya sendiri, sih.
Sebelum membaca dialog ini perlu dipahami, ya bahwa SMA saya bukanlah SMA favorit yang banyak menghasilkan lulusan yang diterima di universitas bergengsi. Paling top biasanya diterima di universitas negeri provinsi setempat.
Saya sedang berjalan ketika bertemu dengan seorang guru Matematika yang sedang naik motor. Melihat saya, beliau berhenti.
Guru    : Eh, gimana hasil SPMB-nya?
Saya    : Diterima, Pak. Alhamdulillah…
Guru    : Selamat ya… Di mana?
Saya    : UI, Pak.
Guru    : UI… Jakarta?
Saya    : Iya Pak.
Guru    : … (sangsi)
Eh, kalau si Risa (bukan nama sebenarnya) di mana?
Saya    : Euh… belum tahu, Pak.
Dan sang guru pun beranjaklah dengan segala tanda tanya apakah si anak yang biasa-biasa itu benar-benar diterima di Universitas Indonesia. Ia juga masih penasaran di mana Risa, si juara umum akan melanjutkan studi.

Oh, ya. Masih ada lagi. Sekarang hubungannya dengan program studi yang saya ambil.
Liburan semester, saya dan beberapa teman mengunjungi SMA dan bertemu beberapa guru.
Seperti biasa, saat ditanya tempat kuliah saya, guru-guru setengah tidak percaya, “UI… Jakarta?” Sebenarnya sih saya ingin sekali jawab, “Bukan, Pak. Yang di Kulim” L
Guru    : Ambil (jurusan) apa di UI?
Saya    : Sastra, Pak…
Guru    : Oh.. Nanti kerjanya apa?
Saya    : Ya, banyak, Pak… Jadi wartawan, penerjemah, kerja di kedutaan…
Guru    : …

Begitulah. Memang tidak semua orang, termasuk guru-guru kalian yang akan menanggapi FIB/FS  sebagai pilihan yang serius dengan masa depan cerah. Untuk itu, kalian harus melakukan poin kedua. Poin kedua ini akan saya taruh di posting yang berbeda, ya supaya tidak terlalu panjang.
 

Jumat, 16 Januari 2009

Salting, Ting! Tips Mencegah dan Mengatasi Salah Tingkah

Salting atau salah tingkah adalah kesalahan tingkah laku (???). EHM! Maksud saya, tingkah laku yang tidak biasa, aneh atau bisa berupa reaksi berlebihan terhadap sesuatu hal. Biasanya ini terjadi karena ingin terlihat sempurna di depan orang banyak atau seseorang atau justru karena orang itu baru saja melakukan kesalahan di depan orang banyak atau seseorang.
Tunggu, sepertinya saya menemukan istilah simpelnya, yaitu: GUGUP. (Ya ampyun, kenapa gak dari tadi sih????)

EHM! Salting mengakibatkan orang terlihat bodoh—atau pada beberapa orang—lebih bodoh dari biasanya.
Inilah yang akan saya ungkapkan di blog kali ini. Mungkin tidak terlalu berguna, tapi paling tidak bisa menjadi pengingat agar Anda tidak salting pada saat yang sangat tidak diharapkan. Selain itu, kalau menyadari gejala2 seperti yang akan disebutkan terjadi pada diri Anda,Anda akan segera menyadarinya dan berusaha menghentikannya.

Sebagai catatan, salting yang kita bahas kali ini adalah salting yang disebabkan kemunculan atau keberadaan seseorang yang Anda sukai (baca: Anda taksir) di dekat Anda.

Gejala-Gejala:

a. Ketika orang yang disukai terlihat makin mendekati tempat Anda berada, muncul pertanyaan2 semacam ini di kepala Anda: Apakah rambutku rapi? Apakah wajahku pucat? Apakah bajuku terlihat kumal? Apakah ada sisa makanan terselip di gigi? Yiah… hal2 semacam itulah…
Ketika pertanyaan2 itu mulai mengganggu Anda, maka Anda mulai sedikit merapikan rambut, baju, dan mengatur cara anda duduk atau berdiri.
Jika pengaruh suara2 di kepala itu cukup kuat, maka Anda akan pergi ke toilet atau tempat lain yang menyediakan cermin untuk memperbaiki penampilan.

b. Ketika DIA mengajukan suatu pertanyaan pada Anda, jawaban itu akan sangat sulit keluar dari mulut Anda. Walaupun akhirnya Anda memberikan jawaban, Anda akan tergagap atau malah tidak menjawab sama sekali, seperti contoh kasus di bawah ini:

Anda (A) : (sedang makan sesuatu sendirian di kantin)

Dia (D) : (Tanpa diduga mendatangi meja tempat Anda makan)

(bertanya dengan santainya) Hei! Lagi makan, ya? Makan apa?

A : Hah? Hoh? (tampang cengok)

D : Makan soto, ya?
A : hah? Apa? (wajah menunjukkan gejala imbisil)


Hidup memang agak sulit, ya?

c. Ketika Anda sedang bersama dia dan temen2 Anda yang lain dan Anda dimintai penjelasan akan suatu hal, Anda akan kesulitan menjawabnya karena terlalu ingin terlihat cerdas di depan DIA. Kadang2 Bahkan Anda menjawabnya dengan sesuatu yang tidak relevan.

Contoh Kasus:

Anda :Pantai anu angker loh…

Orang Lain :Hah? Oh ya? Kenapa?

Anda :Soalnya banyak anjingnya…

Orang Lain1 :Maksudnya?

Anda :Iya, misalnya gini, misalnya lo cowok, berempat ama temen2 lo jalan2 sambil makan Supermi…

Orang Lain1 :Lho? Gwe khan cewek?

Anda :iya, ‘kan cuma misalkan…

Nah, jadi ketika lo lagi jalan2 tiba2 ada empat atau lima anjing, eh, tujuh deh, nyerang lo berempat. Trus, pas lo balik badan mau lari ada orang gila…

Orang Lain :Hah? Ha ha ha ha ha ha (ketawa refleks)

maksudnya APA sih?

Anda: Jadi, tempat angker itu tempat yang banyak anjing dan ada orang gila…

Orang Lain : …

Anda : ….

Dia : …

Orang Lain 2 : ….

Anda : (menyesali diri sendiri)

Dia : …

Anda : (merasa ingin mati saja)

Orang Lain : Lo sakit ya?

d. Ketika Anda sedang berjalan dan melihat dia di kejauhan, terjadi banyak kecelakaan kecil, misalnya: buku yang sedang Anda bawa jatuh atau Anda tersandung anak tangga atau Anda jatuh berlutut dan menyebabkan celana Anda robek pada bagian lututnya mungkin juga kepala Anda membentur tiang listrik karena Anda terlalu terpukau pada senyumnya yang menawan, atau mungkin Anda tergilas mobil tinja saat menyeberang karena mata Anda tertuju pada dia yang ada di seberang jalan.

Dari uraian yang telah saya kemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa salting bisa membawa banyak dampak buruk bagi Anda, dari mulai disfungsi alat bicara, rusaknya citra Anda di hadapan orang lain (khususnya DIA) karena kelewat sering menampakkan wajah bodoh, hingga yang paling parah: kematian.
Karena itulah saya juga menyertakan tips2 dalam mengatasi salting, yaitu:

1. Ketika dia terlihat sudah mendekati tempat Anda berada, jangan panik. Tidak perlu buru-buru merapikan diri. Yang penting tarik napas dalam-dalam dan tenangkan diri.

2. Ketika dia mulai mendekati tempat Anda berada, sibukkan diri Anda dengan sesuatu, misalnya baca buku Grammar, majalah TEMPO, atau yang paling simple: pura-pura main games atau baca SMS di HP. Ketika dia benar-benar menghampiri Anda dan menyapa, berpura-puralah seakan Anda baru menyadari kedatangannya.

Contoh:

DIA: Hai,,

Anda: Oh, hai! (intonasi agak kaget, padahal Anda sudah menyadari keberadaannya sejak DIA masih berjarak seratus meter jauhnya. )

3. Setelah urusan sapa-menyapa, biar tidak canggung, basa-basi lah sedikit, kita ‘kan orang Indonesia., tanya sambil lalu, DIA baru dari mana, atau sudah makan atau belum (jika DIA dan Anda bertemu di kantin), atau apa lah. Be creative !

4. Kalau suatu saat Anda hanya berdua saja dengan DIA dan ini berpotensi untuk membuat Anda salting, tidak ada jalan lain: mulai percakapan!

Contoh:

A) Situasi: Anda sedang memainkan game di HP

Anda: Duh, nih game bodoh banget. Game terbodoh yang pernah gwe tahu

DIA: Game apa sih?

Anda: billiard

DIA: kok bodoh?

Anda: emang nyodok2 bola gak jelas bisa dibilang pinter ya?

DIA: kalo gwe sih suka benget billiard. Gwe lumayan jago. Loh…

Anda: …
(saya hanya memberi saran untuk memulai percakapan, kalau menyangkut situasi yang begini sih, itu off topic.)

B) Situasi: Anda sedang membaca koran hari itu

Anda: Menurut lo, lebih baik Pak Harto diadili apa gak? Kalo menurut gwe sih ya udahlah biarin aja, kayaknya dia juga udah mau mati…

DIA: Hah? Siapa sih? Harto? Pemain PERSIJA yang baru ya? Iya nih, gwe juga bingung. Kenapa sih Indonesia gak pernah bisa ikutan Piala Dunia??
Anda: ????

(Wuah… ini juga bukan salah saya, siapa suruh ngegebet orang imbisil…)

C) Situasi: Anda ingat kalau dia hobi fotografi

Anda: Gwe denger ada lomba fotografi di FISIP UI

DIA: Oh ya? Trus? Lo mau ikutan?

Anda: nggak, justru gwe nyaranin lo buat ikutan. Lo bukannya hobi banget fotografi?

DIA: Gwe? Nggak… satu-satunya hobi yang gwe seriusin cuma go-kart…

(Cukup bagus, sih usahanya… tapi cari info yang bener dong, coy!)

5. Yang menurut saya paling penting sih sebenarnya, bersikaplah apa adanya. Tidak usah berusaha untuk terlihat sempurna di depan orang lain. Siapa pun. Toh, gak ada manusia yang sempurna ‘kan? Just be yourself, kalo kata bule2 itu… Selain itu, nyantai aja, kayak di pantai (Thank’s to Sarkov), jangan terlalu tegang, okeh?

Yiah… saya harap semua yang sudah ditulis di atas bisa menginspirasi Anda dan bisa membantu mengatasi masalah ke-salting-an Anda.

Jangan putus asa, FIGHTING!!!

Bertemu Selebriti di Tempat Umum

Berikut adalah tips untuk membantu Anda untuk memastikan apakah cewek

dengan hot pants yang Anda lihat di Baskin Robbins itu benar-benar Bunga Citra Lestari atau bukan. Apakah yang ada di sebelah Anda saat shalat Jumat minggu lalu Dude Harlino atau bukan. Sepele, tapi penting. Siapa tahu, suatu saat tips ini berguna.

Berikut adalah hal-hal yang harus Anda perhatikan.

1. Di mana?

Jadi, tempat pertemuan Anda dan Orang yang Mirip Selebriti (selanjutnya mari kita sebut OMS) sangat penting. Kemungkinan bahwa OMS adalah memang selebriti lebih besar jika tempat tersebut adalah pusat perbelanjaan mewah, restoran di kawasan elite (kalau di Jakarta, misalnya di Kemang) atau daerah yang Anda ketahui merupakan tempat tinggalnya.












Jadi, jangan buru-buru mengira bahwa orang yang Anda lihat sedang minum di tepi sungai adalah Rihanna, kalau Anda sedang berada di tengah hutan yang tidak terkenal di Kalimantan.

2. Bagaimana?

Karena sering berhadapan dengan kamera dan menjadi pusat perhatian, selebriti punya indera keenam yang khas. Berbeda dari rakyat jelata lainnya. Mereka akan sangat mudah menyadari bahwa mereka sedang diperhatikan. Dari pengalaman saya, ketika bertemu selebriti saat sedang berpapasan di jalan, ia akan cenderung menatap lurus ke depan atau sedikit membuang muka kalau sadar sedang dipandangi. Intinya, menghindari pandangan.

Jadi, kalau Anda bertemu OMS, pandangi dia. Kalau dia balas memandang, berarti bukan selebriti. Reaksinya begitu karena merasa terancam, “Ngapain lo liatin gue mulu?!” Kalau yang terjadi sebaliknya, ia menghindari pandangan Anda, itu memang selebriti yang asli. Ia bertindak begitu untuk mengatakan, “Iya, gue emang yang sering muncul di TV itu. BERHENTI MELOTOTIN GUE!”

3. Dengan Siapa?

Maraknya tayangan infotainment di Indonesia akhir-akhir ini, menambah pengetahuan kita soal diri para selebriti. Kita tidak hanya tahu perubahan gaya rambut dan berpakaian atau restoran favorit mereka. Kita jadi mengenali wajah-wajah yang ada di sekitar mereka. Ayah, ibu, pacar,

bahkan manajer dan supir. Pengetahuan ini bisa membantu kita membedakan selebriti dan OMS.

Misal, saat ini Anda sedang berada di suatu restoran dan melihat seseorang yang mirip Kris Dayanti bersama seseorang yang mirip Anang dan dua anak yang mirip anak mereka… APA LAGI YANG DITUNGGU? ITU PASTI ANANG DAN KD YANG ASLI! Hhhh… lamban.

4. Feeling

Mungkin kedengaran kurang logis, yah. Tapi, feeling memang sering terbukti membantu kita dalam berbagai situasi. Jadi, selain ketiga aspek di atas, feeling kita sendiri juga penting. Terutama, bagi orang-orang yang memang feelingnya kuat, percayailah feelingmu, Kawan.

Nah, tips sudah diberikan. Sekarang saatnya praktek. Buktikanlah kemanjuran tips ini dan hubungi saya.


Sampai ketemu di tips yang lain.

Jumat, 11 April 2008

Memberi Nama untuk Kelompok Musikmu

Syarat nama band/ kelompok musik yang baik:
1. Singkat
Agar mudah diingat, jangan menggunakan nama yang terlalu panjang, cukup satu sampai tiga kata saja. Intinya, makin singkat, makin baik. Walaupun memilih nama yang cukup panjang, usahakan agar tetap bisa disingkat dengan enak.
Contoh:
- Sheila on 7 biasa disebut Sheila saja
- White Shoes and the Couples Company bisa disingkat White Shoes saja
- Maliq and D'Essentials cukup disebut Maliq

2. Mudah diucapkan
Penggunaan bahasa asing untuk nama band tidak haram, hanya saja jangan sampai membuat lidah pendengarmu "keriting" saat mengucapkannya. Lebih baik lagi kalau cara pengucapannya tidak jauh berbeda dengan tulisannya seperti "Project Pop"

3. Mengandung arti atau filosofi yang baik
Saya percaya bahwa nama adalah doa. Karena itu, jangan asal mencomot suatu kata dari kamus atau ensiklopedi tanpa tahu artinya. Contoh nama band yang atraktif tapi tidak mengandung makna bagus adalah band Indonesia Peter Pan (maaf,jangan tersinggung). Tidak bagus karena tokoh utama dongeng anak-anak ini tidak mau dewasa dan sikap kekanak-kanakan bukanlah sikap yang layak dimiliki band yang ingin maju.

Kalau ketiga syarat di atas sudah dipahami, mari kita lanjutkan pada ide-ide untuk nama band atau kelompok musikmu.

1. Akronim atau singkatan nama personil band

Usahakan agar akronim atau singkatan nama-nama itu membentuk kata yang berfilosofi bagus. Contoh dalam hal ini adalah band pendatang baru RAN (Rayi, Asta, dan Nino). Selain gampang melekat di ingatan, nama ini terdengar seperti kata bahasa inggris yang berarti "berlari," menyiratkan harapan agar band tersebut terus melesat menuju kesuksesan.

2. Ambil dari nama benda
Harus diingat, nama benda yang diambil harus menimbulkan asosiasi yang positif bagi yang mendengar. Jadi jangan gunakan nama "Tong Kosong." Selain itu, lebih baik lagi kalau nama tersebut mampu mencerminkan ciri khas band.
Contoh: - Kotak. Nama ini mudah diingat dan mencerminkan jumlah personilnya yang empat orang
-Mocca. Semua orang suka mocca 'kan?

3. Nama Keluarga
Tentu saja nama band seperti ini hanya berlaku kalau semua anggota band berasal dari satu keluarga yang sama dan MEMANG mempunyai nama keluarga (tidak semua orang punya nama keluarga 'kan?)
Contoh: -The Corrs
-Panjaitan Bersaudara
-The Chandrawinatas (bukan, bukan, saya tidak bilang bajwa Marcell, Mischa, dan Nadine Chandrawinata membentuk grup band. Tapi kalau memang iya, nama The Chandrawinatas bagus juga.
-The Flinstones. Jangan pakai nama ini karena nanti orang-orang bingung: ini nama band atau judul serial kartun?

4. Gunakan permainan kata-kata

Contoh: Stereomantic. Gabungan dari Stereo dan Romantic

5. Ciptakan kata sendiri
Yang pasti, jangan buat kata-kata yang terdengar aneh seperti "dung dung pret," kecuali kamu mau kelompok musikmu mendapat 'penghargaan' sebagai 'Band dengan Nama Teraneh Abad 21.' Contoh yang menurut saya bagus adalah "The Changcuters." Tidak punya arti khusus, tapi cukup 'catchy."

6. Nama yang menggambarkan peristiwa yang berhubungan dengan bandmu. Misalnya kalau semua anggota band perempuan dan menyukai hujan ambil saja nama "Lady in the Rain" sebagai nama band.

Memang, Shakespeare pernah bilang kalau nama bukan segalanya. Tapi, harus diakui nama tetap penting. Menyangkut kelompok musik, kualitas musik tentu lebih menentukan daripada nama yang oke. Tapi, tetap saja semua hal perlu nama. Oh ya, tips di atas bisa juga digunakan untuk memberi nama anak kamu.

Selamat mencoba!